Wednesday, May 26, 2010

Kalau Istri Jatuh Cinta Lagi : DIA MENGAJARI AKU MENCINTAI SUAMIKU



Tidak terjadi hanya antara Krisdayanti dan Raul Lemos - fenomena wanita bersuami yang jatuh cinta lagi selalu menyimpan 1001 misteri. Bagaimana menyelamatkan pernikahan dan terutama anak-anak, dalam situasi seperti itu?

Shinta tersambung kembali dengan Doni -mantan pacarnya – di kala ia merasa hidupnya sangat kacau. Komunikasi dengan suami berantakan, berdua hidup seatap tetapi pemikiran dan pilihan-pilhan ditentukan sendiri-sendiri .
“Suamiku tak pernah mengajak bicara tentang masa depan rumah tangga kami, tak pernah membicarakan rencana jangka panjangnya,” keluh Shinta. Ia melihat suaminya tak punya visi.

"Kalaupun kami masih bersatu, hanya karena surat (nikah) dan anak," kata Shinta, putus asa.

Semangat hidupnya menyala lagi setelah Doni hadir dalam hidupnya. Doni adalah mantan pacarnya semasa sekolah yang dulu ia tinggalkan karena alasan yang tak ingin ia ceritakan.

"Tapi sebetulnya aku masih mencintainya. Hanya kepadanya aku merasakan jatuh cinta," cerita Shinta.

Perjalanan hidup yang membuat Shinta bertemu suaminya kini. Ia menerima lamaran suaminya kala itu karena mengira segalanya akan menjadi lebih mudah jika ia yang lebih dicintai. Tetapi kebiasaan suaminya ketika pacaran yang selalu menunjukkan perhatian dan sayang, menguap begitu saja setelah menikah.

Doni sendiri sudah beristri dan punya dua anak, tapi itu bukan masalah buat Shinta. Hatinya sudah senang manakala mengetahui ada yang mencintai, ada yang mendengarkan, memahami dan berbagi.

“Di awal-awal bertemu lagi itu, waduh perasaanku jumpalitan, persis ABG jatuh cinta,” Shinta tertawa.

“Tetapi akhirnya aku memilih realistis saja,” ujar Shinta. Ia meneguhkan niat awal
kedekatan mereka lagi itu sebatas saling menjaga dan juga saling menguatkan.
Menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, Shinta mengaku tak berani bertemu tatap muka dengan Doni, dan Doni pun setuju. "Kami berbicara lewat sms dan telpon saja," kata Shinta.

Hingga suatu hari, putri bungsu Shinta, Catleya yang berusia 5 tahun menunjuk foto pernikahan orang tuanya di dinding.
"Cinta Mama itu hanya untuk Papa," celoteh Catleya. Lantas mata bolanya yang bening memandang lurus ke mata Shinta.

Deg! Shinta meraba-raba dalam hati, ia ingat terkadang menerima telpon Doni saat berada dekat Catleya. Diam-diam Shinta dihinggapi perasaan bersalah.
Doni pun pernah bercerita pada Shinta jika anak laki-lakinya yang berusia 4 tahun bertanya sms dari siapa yang membuat ayahnya itu tersenyum-senyum sendiri.
Tentu saja Doni bilang sms dari teman. Tapi, "Bohong terus jadinya, capek deh," Shinta menirukan Doni.

CHEMISTRY BATIN, CHEMISTRY BIOLOGIS
Menurut Shinta, Doni tak pernah berniat merusak pernikahannya, apalagi mengambil Shinta dari sisi suami dan anak-anaknya. Sebabnya?

"Aku takut pada karma anakmu," kata Doni ditirukan Shinta.

"Aku bersyukur, saat harus jatuh cinta lagi, aku jatuh cinta pada pria yang baik," kata Shinta, yakin.

"Dia mengajariku bagaimana mencintai suamiku. Dia mengajariku mencintai anak-anakku. Banyak hal baik kurasakan setelah ada dia. Aku tidak bisa apa-apa kalau ada yang menyebut kami ini berselingkuh, tapi aku lebih senang menyebutnya sebagai hubungan yang membaikkan. Aku percaya sekarang bahwa cinta yang sebenarnya, tidak mungkin menyakiti, cinta sejati tidak mungkin melukai hati siapa pun," tutur Shinta, dengan mata berkaca-kaca.

Shinta juga bilang, tak mudah baginya untuk sampai pada pemikirannya ini. Apalagi, jujur diakuinya, yang ia rasakan bukan hanya chemistry batin melainkan juga chemistry biologis.

"Kontrol yang paling efektif ya tidak usah bertemu. Kalau toh suatu hari bertemu, aku ingin memastikan semua akan baik-baik saja. Walaupun aku sangat ingin, tapi kalau sampai yang terlarang itu terjadi, aku tak akan sanggup menghormati diriku sendiri."

"Prinsip kami sama, kebahagiaan anak-anak itu prioritas utama, di atas kebahagiaan pribadi. Kami tidak ingin anak-anak kami sengsara nantinya," kata Shinta lagi.

Kini Shinta lebih bisa menerima suaminya apa adanya. Ia juga merasa semakin berserah diri kepada Tuhan.

"Aku tidak boleh egois. Sekarang aku lebih fokus pada kebaikan-kebaikan suamiku. Tentang hal-hal yang aku rasakan sebagai kekurangannya, mungkin kami harus bicarakan lagi lebih intensif. Aku juga harus introspeksi diri. Komitmen dan tanggung jawab lebih penting daripada cinta," kata Shinta.

Demi menghindari chemistry biologis pula Renata memutuskan meremove Andhika - mantan pacarnya semasa kuliah - dari daftar nama temannya di facebook. Komunikasinya dengan Andhika dirasakan Rena sangat menyenangkan. Tapi ia juga takut karena kian hari perasaannya kian mendalam.

Renata menikah dengan lelaki pilihan orang tuanya. “Sakit sekali waktu harus putus dulu, terasa sampai sekarang,” Renata mengenang kisah cinta tragisnya.
Bukannya Renata tak bahagia bersama suami dan dua anaknya. Ia hanya masih terganggu oleh derita cintanya yang harus terpenggal dulu itu.
“Tetapi aku menghindari chemistry biologis demi kebaikan keluargaku, juga demi kebaikan keluarganya," kata Rena.

Lain lagi dengan Lila yang juga bertemu mantan pacar semasa kuliahnya di facebook. Waktu itu mereka putus karena Lila merasa sudah tidak cocok. Dan tetap saja Lila merasakan euforia menyenangkan saat mereka terhubung kembali.

Tak menginginkan hal-hal yang bisa jadi bumerang, Lila mengajak mantan pacarnya sepakat.

“Kalau misalnya ingin ketemu untuk makan siang atau apa, kami harus membawa pasangan masing-masing,” kata Lila dengan senyum manis.
Nah, ternyata tidak ada yang harus dikorbankan ya?



ANAK MEMBISU SERIBU BAHASA
Ayah atau Ibu yang berselingkuh, harap waspada jika anak tidak mau berbicara pada mereka dalam jangka waktu cukup lama.

Jangan dikira anak tidak menggunakan kecerdasannya yang sangat terbatas dalam menyikapi badai rumah tangga atau perang dingin ayah-ibunya.

Salma, 10 th, boleh dibilang sebagai satu dari kasus terkini anak yang tertekan gara-gara foto Jenniver Dunn mencium ayahnya, Sunan Kalijaga, dipasang di facebook. Seorang ahli anak mengatakan, yang seperti itu bisa mengakibatkan anak mengalami trauma psikosomatis mimisa.

Pada kasus Catleya - putri bungsu Shinta, anak-anak di usia 0-5 tahun biasanya belum memiliki pemahaman yang konkret. Mereka belum paham selingkuh itu apa, tapi ia bingung kok ada yang tak biasa dengan teman ibunya yang satu ini.

“Kalau anak usia sekolah, biasanya sudah bisa berpikir, ‘Kok ngomongnya pakai sayang-sayang, ini pasti suka nih,’ Begitu contohnya,” kata Irma Gustiana M.Psi, psikolog anak dan keluarga,

“Kalau hal itu terjadi, maka marah dan emosi adalah ekspresi yang pertama kali muncul dalam diri anak,” Irma menjelaskan.

Marahnya anak – menurut Irma - ada dua: diluapkan dalam bentuk perilaku atau dipendam saja.

“Jika dilampiaskan, maka perilaku yang muncul biasanya seperti bicara kasar, merusak benda-benda atau membanting sesuatu. Sebaliknya, anak-anak yang memendam, biasanya tidak mau berbicara pada kedua orang tuanya,” kata Irma.
Ia mencontohkan kasus seorang anak yang setahun tidak mau bicara dengan kedua orang tuanya.

“Kalaupun bicara, biasanya hanya melalui sms saja walau mereka serumah. Setelah digali, baru ketahuan bahwa Ibunya selingkuh. Dia pernah dua kali diajak, dikenalkan dengan Om siapa, dan menangkap sinyal-sinyal cinta yang tak dipahaminya sehingga sangat membuatnya risau itu,” cerita Irma.

Menyembuhkan luka hati anak yang sedalam itu?

“Anak harus diterapi. Kalau dia terus memendam, akibatnya lebih berbahaya,” kata Irma.


PASANGAN TIPE ANAK MAMA
Suami tanpa visi – itu yang dirasakan Shinta.

Boleh jadi, sebenarnya bukan tanpa visi. Mungkin saja suami Shinta tipe lelaki anak Mama yang terbiasa dikendalikan ibunya dalam segala hal. Maka di rumah tangganya sendiri ia juga menyerahkan saja semua hal pada inisiatif istri.

Ini dia tipe suami yang anak Mama.
1. Ia tidak suka tantangan, menghindar dari situasi yang sulit, tidak mau menghadapi konflik.
2. Cepat putus asa, selalu tergantung pada pihak lain misalnya orang tua untuk membantu menyelesaikan masalah.
3. Tidak suka berpikir dalam. Senangnya hanya pada hal-hal sederhana yang menyenangkan.
4. Biasanya agak temperamental, atau justru sangat sensitif karena terlalu peka. Kurang mampu menerima kritik atau saran. Egois karena hanya memandang masalah dari sisinya saja.
5. Kurang bertanggung jawab. Misalnya kurang mau terlibat dalam pengasuhan anak.
6. Selalu ingin diperhatikan dan dilayani, tetapi kurang memperhatikan kebutuhan pasangan.


ANTARA SELINGKUH, CINTA DAN EGO
Perselingkuhan terjadi karena banyak faktor - dan faktor ekonomi menempati urutan pertama.

“Istri yang selingkuh biasanya berkemampuan finansial lebih tinggi dari suaminya. Istri merasa suami mengandalkan dia, padahal sebetulnya dia hanya membantu suami. Yang seperti ini kadang membuat perempuan tidak bisa memposisikan diri. Ia merasa lebih kompeten dan lebih hebat, bukan hanya di luar
tapi juga ketika di rumah,” jelas Irma.

Meski juga menjadi salah satu penyebab selingkuh, namun faktor fisik biasanya menempati urutan terakhir.

“Pada kasus Shinta, suami kurang perhatian, mungkin sibuk. Apalagi kalau rentang usia cukup jauh, misalnya suami 50 istri 30 tahun. Dari usianya saja, istri masih ingin diperhatikan, disayang, ada kualitas waktu untuk kebersamaan,” kata Irma.
“Suami yang lebih banyak waktu di kantor, karier lebih mapan, biasanya akan memberi uang, tetapi istri kurang diperhatikan secara psikologis. Bisa saja istri akan mencari orang lain yang lebih bisa mengakomodir kebutuhannya akan kasih sayang.

JODOH DI TANGAN TUHAN
Setelah penyebab perselingkuhan diketahui, Irma mengajak mencari solusinya.
“Jika dianggap kurang memberi waktu atau sering ke luar kota, sampaikan bahwa Anda pun membutuhkan waktu bersama. Paling tidak, jangan pernah putus komunikasi,” saran Irma.

“Namun jika yang terjadi adalah kekerasan dalam rumah tangga, dan Anda rasa tidak mungkin lagi ada solusi lain, maka Anda berhak mengambil keputusan.”
Menikah, menurut Irma, adalah penyesuaian yang akan berlangsung seumur hidup.

"Kita saja yang satu keluarga beradik-kakak, berbeda-beda sikap dan perilakunya. Apalagi dengan pasangan yang berasal dari keluarga lain. Maka penyesuaian seumur hidup harus ada, sesuai komitmen yang dibangun sejak awal," kata Irma.

Terlepas dari itu, kita memang tak pernah tahu apa yang akan terjadi di tengah perjalanan suatu perkawinan.

“Apalagi kalau bicara agama, disebutkan bahwa jodoh ada di tangan Tuhan. Seperti Anang, mungkin jodohnya dengan KD hanya sampai di situ. Tergantung masing-masing individu, tiap orang berbeda dalam menghadapi masalah," kata Irma.

Wanita-wanita yang hatinya di persimpangan jalan, jika bertemu 'Mr Perfect (?) lajang, tidak terlalu berat karena tidak terbebani tanggung jawab anak. Nah, kalau bertemu ‘Mr Perfect (?)’ yang sudah menikah? Beban jadi berat karena sama-sama terikat perkawinan dan membawa anak.

"Tapi biasanya kalau bicara cinta, kebanyakan pelakunya jadi egois, tidak lagi memikirkan anak akan seperti apa. Tidak memikirkan bagaimana menyiapkan mental anak menjalani hari-hari yang timpang," sesal Irma.


BERPIKIR PENDEK ATAU PANJANG?
Perselingkuhan, seringan apa pun itu, tetap saja menempatkan seorang istri dalam suasana sangat cemas karena stres akibat perasaan yang tertekan.

Mencintai laki-laki yang sedang dianggapnya lebih baik dan lebih perhatian dibanding suaminya, apalagi jika ditambah secara biologis ada chemistry di antara mereka, sungguh tidak mudah.

“Sebagian orang mungkin tidak bisa menahan. Di sisi lain ia juga sadar bahwa perbuatannya salah. Tak heran bila ia tertekan dan stres menghadapi situasi ini.
Bagaimana menyikapi situasi seperti itu?

“Wanita yang pikirannya pendek, biasanya mengutamakan kenyamanan kondisinya. Kira-kira begini, ’Yang penting adalah nyamannya saya dulu, daripada tidak nyaman dengan situasi pernikahan yang tidak bisa dilanjutkan karena semakin banyak ketidakcocokan dan ada kebutuhan yang tidak terpenuhi. Nanti jika akhirnya saya memutuskan berpisah, saya akan bawa anak saya ke konselor atau psikolog,” Irma menggambarkan.

“Tapi wanita yang berpikiran jangka panjang akan memilih menyingkirkan egonya karena ia lebih memikirkan psikologis anaknya. Yang seperti ini biasanya memilih memperbaiki hubungan dengan suaminya, dan mencari jalan agar pernikahan tidak berakhir perceraian.”

JIKA CERAI SOLUSI TERAKHIR?
“Persiapkan mental mereka. Jangan menutup-nutupi, ajaklah anak-anak ngobrol bersama Anda dan pasangan, katakan pada mereka tentang apa yang terjadi. Tentu pembicaraan itu harus disesuaikan dengan usia anak-anak Anda. Sampaikan pada mereka, bahwa meski bercerai, Anda dan pasangan adalah tetap sebagai ibu dan bapaknya. Katakan juga bahwa itu bukanlah kesalahan mereka,” kata Irma.

Tentu anak-anak sulit menerima.
“Maka Anda berdua harus tetap mendampingi mereka. Bisa dengan terapi bermain, sampai proses cerai selesai dan anak-anak bisa nyaman dengan situasi tersebut. Setelah itu buatlah jadwal bertemu yang Anda berdua harus mematuhinya.”


*Ditulis oleh : Siti Afifiyah (Tabloid Wanita Indonesia edisi 1063, 17 Mei – 23 Mei 2010)